Kamis, Januari 12, 2017

Sebelas Menit Terpenting Di Pertemuan Pertama ~ CRITICAL ELEVEN by Ika Natassa || Review Novel


CRITICAL ELEVEN

Penulis: Ika Natassa
Editor: Rosi L Simamora
Desain sampul: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka
Cetakan: Pertama, 2015
Jumlah hal.: 344 halaman
ISBN: 978-602-03-1892-9 
Harga: 47k (Grobmart.com event Halbolnas)


~ Blurb ~

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.  

Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya atau, justru keduanya.


~ ♦♦♦ ~ 

~ Meet The Author ~

Critical Eleven adalah novel pertama yang aku baca dari karya Ika Natassa. Karena itu, seperti biasa kita akan sedikit mengenal sang penulis yaa. Seperti kata pepatah, "Tak kenal maka tak sayang". 😉

Ika Natassa ternyata seorang banker loh, temans. Banker yang hobi menulis dan fotografi. Dari hobinya itu Mba Ika sudah membuahkan banyak karya. Critical Eleven adalah novel ke tujuhnya. Dari karyanya dibidang menulis ini, Ika Natassa pernah mendapatkan penghargaan dari Majalah Cosmopolitan. Dan dia pun pernah memperoleh penghargaan Woman Icon dari The Marketeers.
Mau kenal lebih jauh dengan penulis satu ini? Sila follow dan kepoin twitter @ikanatassa
 ~ ♦♦♦ ~

 R  E  V  I  E  W

~ The Story Line ~

Critical Eleven berkisah tentang kehidupan pernikahan Ale dan Anya. Mengalami kisah pertemuan pertama yang manis dan berkesan dalam penerbangan Jakarta-Sydney, berpacaran sebulan setelah pertemuan pertama itu (lebih tepatnya setelah bertemu intens selama tujuh hari), dan memutuskan menikah setahun kemudian. Pernikahan mereka sangat bahagia, keduanya saling mencintai dan memuja satu sama lain, meskipun harus tinggal berjauhan selama beberapa waktu setiap bulannya karena pekerjaan Ale.

Namun di tahun ke empat, pernikahan keduanya ditempa badai. Sebuah kehilangan membuat keduanya sama-sama terluka. Dan satu perkataan yang keluar dari mulut Ale membuat Anya makin kecewa dan terluka hingga membuatnya membenci Ale, dan  memilih menjaga jarak dengan Ale. Ale yang merasa bersalah pun hanya bisa mengikuti keinginan Anya. Mereka hidup satu atap namun tak saling sapa, bahkan tidur di kamar terpisah.

Anya yang merasakan sakit hati berkepanjangan dan tidak lagi merasakan apa itu bahagia mulai tidak yakin dengan kelanjutan hubungan mereka. Sementara Ale yang masih sangat mencintai Anya, ingin menebus kesalahannya dan berusaha mempertahankan apa yang sudah mereka miliki selama ini.

Mampukah Ale mendapatkan maaf Anya dan meraih kebahagiaan mereka lagi?
Apakah waktu satu tahun berpacaran, empat tahun menjalani pernikahan, dan enam bulan masa-masa terburuk yang mereka jalani setelah kehilangan itu, akan menjadi critical eleven dalam hubungan mereka?

~ About The Cover ~

Entah apakah pendapat kalian sama denganku ketika melihat cover novel ini pertama kali. Gambar pesawat dipadu dengan judul 'Critical Eleven', membuat aku berpikir kalau novel ini akan berhubungan dengan cerita seperti di film Air Force One dan film sejenisnya yang berkisah tentang tragedi, ketegangan, dan konflik yang terjadi di dalam pesawat gitu. Namun ketika membaca sekelumit blurbnya, barulah tahu kalau ternyata perkiraanku meleset jauh! 😁 Walau begitu istilah critical eleven dalam penerbangan yang dipakai sebagai judul membuat cerita ini menarik perhatian.

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critcal eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat –tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing– karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it’s kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah –delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu atau justru menjadi perpisahan.

~ Meet The Character ~


Dua tokoh utama dalam kisah ini adalah Ale dan Anya. Sepasang suami istri yang akan membagikan kisah mereka.

Aldebaran Risjad (Ale) bagi Anya adalah laki-laki yang di awal pertemuan irit ngomong, namun belakangan malah menjadi teman ngobrol yang menyenangkan dalam tujuh jam perjalanan Jakarta-Sydney. Ale punya satu kualitas yang jarang ia temui pada laki-laki lain. 

Dia bisa mengubah situasi secanggung apapun menjadi sesuatu yang seharusnya memang terjadi dan tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa. Seperti hujan yang sudah sewajarnya membasahi tanah. Atau api yang sudah seharusnya rasanya panas.
(hal.26)

Bagi Anya, Ale laki-laki yang berhasil membuatnya percaya bahwa wajar jatuh cinta hanya setelah tujuh hari. Laki-laki yang membuatnya tanpa ragu menerima lamarannya, walau jauh dari kata romantis. Bayangkan saja, Ale melamar Anya di mobil dalam perjalanan ke bandara di saat Anya sedang terkantuk-kantuk dengan supirnya sebagai saksi 😅
Ale membuat Anya begitu mudah untuk terus jatuh cinta setiap hari, bahkan ketika pria itu tidak ada di sisinya. Ale punya cara sendiri untuk mencintai Anya. Saat dia ada, bahkan saat dia tidak ada. Walaupun dengan segala kekurangannya dan keterbatasan mereka (keterbatasan waktu, hambatan geografis), Ale mampu membuat Anya merasa dicintai begitu besar. Ale memiliki kriteria laki-laki idaman Anya: main twitter tapi nggak norak, diam tapi perhatian, ganteng tapi nggak sadar dia ganteng, dan hobi kopi yang cocok banget dengan Anya yang tergila-gila minum kopi.
Namun... Ale juga laki-laki yang membuatnya benci hanya dengan satu kalimat. Membuat Anya sakit hati dan terluka berkepanjangan karena menyalahkannya atas kehilangan yang mereka alami. Laki-laki yang kini berusaha ia hindari. Yang kenangan indah tentangnya berusaha Anya lupakan.

Tanya Laetitia Baskoro (Anya) bagi Ale adalah wanita cantik, pake banget, memiliki mata yang sangat Ale sukai, mata yang selalu terlihat seperti tersenyum. Perempuan yang membuat Ale langsung suka di pertemuan pertama mereka, dan membuat Ale ingin bertemu lagi dengan Anya.

 Anya punya kualitas yang tidak semua orang beruntung memilikinya: dia dengan gampangnya membuat gue nyaman di dekatnya, walau kami baru kenal saat itu juga. Gue suka.
(hal.137)

Bagi Ale, Anya perempuan yang membuatnya lebih sering pulang ke rumah orangtuanya, ketika mengejar cinta Anya, setelah sebelas tahun lebih memilih traveling saat libur dari pekerjaannya karena menghindari berdebat dengan ayahnya dan membuat ibunya menangis. Perempuan yang membuat Ale rela menghabiskan tabungannya untuk membuat rumah yang nyaman untuk mereka tinggali setelah menikah. Perempuan yang mau menerimanya menjadi kekasih, dan selanjutnya menjadi suami meskipun dengan resiko menjalani hubungan jarak jauh karena pekerjaan Ale yang mengharuskannya berada di Teluk Meksiko selama 5 minggu, dan baru bisa bertemu dan bersama 5 minggu berikutnya.
Sayangnya... kini Anya membangun tembok tinggi di sekelilingnya untuk menghindari Ale.  Bersikap dingin, dan enggan berbicara dengan Ale, bahkan menganggap Ale tidak ada, akibat ucapan bodoh Ale yang membuat Anya sakit hati. Meskipun begitu, Ale tetap berada di sisi Anya, tanpa peduli sebesar apa usaha Anya untuk menjauhkan dan menjauhinya. Karena Ale mencintainya tanpa rencana, tanpa jeda, tanpa terbata-bata.

"Kalau memang benar-benar sayang dan cinta sama perempuan, jangan bilang rela mati buat dia. Justru harusnya kuat hidup untuk dia. Rela mati sih gampang, dan bego. Misalnya demi menyelamatkan istri lo, lo rela mati. Lo merasa udah jadi pahlawan kalau udah begitu, egois itu. Setelah lo mati, yang melindungi dan menyayangi istri lo lantas siapa? Lo meninggal dan istri menangisi lo karena nggak ada lo lagi, itu yang dibilang pahlawan? Seharusnya kalau lo memang benar-benar sayang, lo rela mengorbankan apa aja demi istri lo, tapi lo juga harus berjuang supaya lo tetap hidup dan tetap ada buat dia. Itu baru bener." 
(hal.324-325)

~ My Opinion ~

Critical Eleven mempertemukan kita dengan Anya dan Ale yang menceritakan kisah perjalanan cinta mereka. Anya dan Ale membawa kita melihat bagaimana awal mereka bertemu, yang bisa termasuk dalam kategori meet-cute dalam film romantic comedy Hollywood. Melalui masa-masa pacaran, momen lamaran yang jauh dari kata romantis, dan menjalani kehidupan pernikahan. Semuanya diceritakan secara bergantian menggunakan sudut pandang orang pertama, Anya dan Ale. Sangat menarik karena kita bisa merasakan ikut tersenyum saat mereka mengalami momen bahagia, dan juga ikut merasakan sedih ketika mereka menjalani fase kesedihan.

Namun jangan berpikir cerita akan berjalan secara berurutan. Sebaliknya, setiap kisah diceritakan secara acak. Kita akan diajak oleh Anya dan Ale untuk flashback ke masa-masa yang sudah mereka lewati itu. Alur campuran ini sempat membuat aku tertipu di bab awal. Di awal bab pertama, Anya bercerita tentang pertemuannya dengan Ale di pesawat. Namun di akhir bab aku baru tahu kalau ternyata itu hanyalah kilasan kenangan tentang pertemuan pertama mereka. Penggunaan alur campuran ini menarik dan unik karena menjadi kepingan puzzle yang akan merangkai cerita di akhir kisah. Sayangnya, terkadang membuat bingung dan sedikit terkecoh karena tidak ada perbedaan dalam teknik penulisan untuk membedakan masa lalu dan masa kini. Kalau tidak fokus akan butuh dua kali membaca supaya bisa 'ngeh. Itu pengalamanku. 😁 

Di awal bab kita masih akan bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat hubungan Anya dan Ale menjadi buruk. Barulah di bab kelima masalah yang menjadi konflik di antara mereka terkuak. Gemas juga melihat cara Anya dan Ale menghadapi masalah mereka ini. Kenapa mereka harus memendam 'api dalam sekam' ini hingga 6 bulan? Betah banget! Padahal sebagai suami istri, mereka seharusnya menyelesaikan masalah ini secepatnya. Apalagi mereka harus menjalani hubungan jarak jauh karena pekerjaan Ale. Apa mereka tidak khawatir akan ada masalah lain yang datang yang bisa saja memperkeruh konflik mereka? Orang ketiga misalnya? Atau bisa saja yang lebih buruk, seperti kecelakaan yang dialami Ale dalam pekerjaannya, atau dalam perjalanannya yang panjang?

Karena melihat sikap Anya dan Ale itu, membuat aku tidak memberikan mereka predikat tokoh favorit dalam kisah ini. Sama seperti kebanyakan orang yang sudah membaca novel ini, aku setuju dengan pendapat mereka yang memfavoritkan Bapak Jenderal Rinaldy Risjad. Ayah Ale ini diam-diam menghanyutkan. Sedikit bicara, namun saat bicara kata-katanya bijak dan penuh makna. Interaksinya dengan Ale setelah bertahun-tahun hubungan mereka renggang membuat kita tersenyum. Ayah Ale bahkan tahu jika hubungan Ale dan Anya mengalami masalah meskipun mereka berdua tidak pernah menceritakannya. Dan dengan bijak Ayah pun mendorong Ale untuk memperjuangkan pernikahannya dengan Anya, seperti dulu Ale berjuang habis-habisan untuk memperoleh apa yang dia mau sampai dapat dan tanpa perduli meski harus berkonflik dengan ayahnya.

“Kalau kita sudah memilih yang terbaik, seperti ayah memilih ibu dan kamu memilih istri kamu, seperti kita memilih biji kopi yang terbaik , bukan salah mereka kalau rasanya kurang enak. Salah kita yang belum bisa melakukan yang terbaik sehingga mereka juga menunjukkan yang terbaik buat kita.” (hal.56)

Dan filosofinya tentang kopi itu romantiiissss banget! Pantas aja kalau istrinya menjulukinya "Bapak Jenderal yang romantis." 😉

"Istri itu seperti biji kopi sekelas Panama Geisha dan Ethiopian Yirgacheffe, Le. Kalau kita sebagai suami -yang membuat kopi- memperlakukannya tidak tepat, rasa terbaiknya tidak akan keluar. Aroma khasnya, rasa aslinya yang seharusnya tidak keluar, Le. Rasanya nggak pas. Butuh waktu lebih dari dua tahun dulu baru Ayah merasa sudah memperlakukan Ibu kamu sebagaimana seharusnya dia diperlakukan. Dari mana Ayah tahu sudah bisa? Dari perlakuan Ibu ke Ayah. Memang butuh belajar lama, butuh banyak salah dulu juga, tidak apa-apa. Yang penting kita tekun, sabar, penuh kesungguhan, seperti kita membuat kopi, Le. Bedanya dengan kopi, kalau kita sudah bingung dan putus asa, bisa cari caranya di Internet. Tinggal google. Istri tidak bisa begitu, harus kita coba dan cari caranya sendiri." 
(hal. 55-56)


Aku baru pertama kali membaca karya Mba Ika Natassa. Banyak sekali teori-teori dan kutipan menarik dalam novel ini. Penulisnya memiliki banyak referensi untuk semua hal yang dijabarkan dalam teori-teori yang informatif itu. Sangat menarik dan memberikan kita informasi dan referensi mengenai film dan buku. Penggunaan bahasa inggris juga banyak bertebaran di novel ini. Mungkin itu salah satu kekhasan sang penulis. Namun aku kurang menyukai pencampuran bahasa inggris dan bahasa indonesia dalam satu kalimat/paragraf. Kesannya seperti gado-gado. Mungkin akan lebih baik jika penggunaannya dibuat terpisah menjadi kalimat/paragrah masing-masing.

Ada hal yang membuat bertanya-tanya, adanya Jack, si husky dog yang dipelihara Ale. Lucu sih membayangkan Ale yang suka ngajak ngomong anjingnya itu, apalagi Jack juga digambarkan merespon dengan mimik seperti mengerti ucapan Ale. Tapi agak aneh saja jika sebagai muslim Ale memelihara anjing bahkan membiarkannya berkeliaran di rumahnya. Juga dengan Anya yang juga suka minum wine. Satu lagi, saat Ale akan menikah, Harris -adik Ale- mengajak Ale untuk bachelor party dengan minum-minuman. Padahal hal-hal itu kan termasuk yang diharamkan bagi muslim.

Overall kisah Ale dan Anya ini menarik dan seru untuk diikuti. Terlepas dari sikap mereka yang bikin geregetan dalam menghadapi konflik dan membuat chemistry mereka terkesan kurang, namun cerita-cerita perjalanan cinta mereka yang terurai dalam kepingan puzzle kenangan masing-masing bisa membuat kita tersenyum, tertawa geli, hingga iri. 😉 


Empat Love untuk Ale & Anya

💓💓💓💓
~ ♦♦♦ ~



CRITICAL ELEVEN ~ THE MOVIE



Kabar baik bagi penggemar novel Critical Eleven, karena cerita Ale dan Anya akan bisa dinikmati di layar lebar. Telah terpilih Reza Rahardian yang akan memerankan Ale sang tukang minyak, dan Adinia Wirasti sebagai Anya. Keduanya sudah malang melintang di industri perfilman Indonesia, dan akting mereka sudah tidak diragukan lagi. Walaupun aku awalnya membayangkan Raline syah yang menjadi Anya, hehehe...

Harapannya sih semoga filmnya lebih menggigit, karena terus terang interaksi Anya-Ale dalam novel terasa kurang chemistry di part alur maju. Mungkin karena komunikasi mereka kurang karena Anya yang ogah ngomong sama Ale. Untuk cerita-cerita flashback tentu saja menarik dan seru. Part di New York pastinya bagian yang paling ditunggu dalam filmnya.

Oya, melihat cover filmnya, aww! Sedikit berani ya?! Baru kali ini lihat cover film Indonesia yang se-hot ini. Kecuali film-film yang 'hot-hot' itu ya.

Overall semoga film-nya se-booming novelnya yaaa!
Good Luck! 😉

Salam
Nunaa Lia ^_^

~ ♦♦♦ ~ 

Resensi ini diikut sertakan dalam Lomba Resensi Critical Eleven